Review Jurassic World Rebirth (2025)

Review Jurassic World Rebirth (2025)

Review Jurassic World Rebirth (2025)

Dinosaurs everywhere!!!

Hi!

I’m back again to review the latest movie, and it’s a Jurassic World Rebirth!!!!!! Oh, warning bentar karena ini akan sedikit banyak memberi spoiler ya manteman. Mungkin kalau kamu tidak suka spoiler better tidak dibaca. 

Oke, so buatku pribadi film ini BAGUS POL! Since I really like all of Jurassic series (even Jurasssic World Dominion, the worst Jurassic’s series for me) yeah. Seperti judulnya, universe cerita Jurassic World sudah tidak terbatas ke theme park, but it’s all over around the world. 

Berbasis dari kelanjutan dari Jurassic World trilogy sebelumnya, kita dibawa ke cerita ‘what if’ dinosaurus hidup berdampingan bersama kita. Pagi berangkat kerja kejebak macet, tapi penyebabnya Brachiosaurus yang kabur. Atau kita berlayar seperti biasa, lalu tiba-tiba ketemu Mosasaurus yang mengerikan!

Kalau biasanya aku akan menceritakan apa pesan dari film ini di paragraf terakhir, kali ini aku mau menceritakannya di awal. Jangan buang sampah sembarangan guys! Seriusan.

Jurassic World vs Rebirth

Aku tidak pernah membayangkan akan ada cerita dimana seluruh pulau menjadi rusak dan tidak terkontrol, cuma karena satu bungkus plastick Snickers! Iya!!! Snickers yang chocolate bar itu!

Ternyata satu bungkus plastik yang kesedot AC itu bisa merusak seluruh jaringan keamanan di pulau mutan. Mari kita sebut latar film ini sebagai pulau mutan, karena pihak latest Jurassic Park, menggunakan pulau itu untuk meneliti dan mengembangkan spesies dinosaurus baru a.k.a mutant dinosaurs. Yup! Just like the first Jurassic World (2015), there are mutant dinosaurs. Perbedaannya adalah kalau di Jurassic World itu ada Indominus Rex yang mana dia terlihat normal meskipun namanya agak aneh. Sedangkan kalau di Jurassic World Rebirth ini kita bahkan tidak tahu nama dinosaurusnya (sepertinya namanya D-rex tapi coba kalian tonton aja biar lebih pastinya), and it looks so horrible! It looks like a mixed of Voldemort, Flowerhorn fish, and a T-rex. Bayangin aja tuh, ada dinosaurus mukanya kayak Voldemort tapi jidatnya kayak ikan lohan. 

Seriously! Aku pertama kali lihat dinosaurusnya tuh yang awalnya merasa serem, tapi di beberapa part nahan tawa karena keinget ikan lohan.

Ceritanya tentang apa??

By the way, aku malah hampir lupa nyeritain apa sih premis dari film ini. Jurassic World Rebirth ini bercerita tentang misi dari Zora Bennet (Scarlett Johansson) dan Henry Loomis (Jonathan Bailey a.k.a Anthony Bridgerton kita) yang harus mendapat sample darah dinosaurus terbesar di darat, udara, maupun air. Tentunya target mereka adalah Titanosaurus dari darat, Mosasaurus di air, dan Quetzalcoatlus di udara. 

Damn! Satu-satunya dinosaurus yang pernah kudengar sebelumnya ya cuma Mosasaurus! Dua lainnya sangat tidak pernah kudengar sama sekali, apalagi yang Pterodactyl raksasa itu! Gimana coba cara baca Quetzalcoatlus  ini? Hahahah.

Buat apa sih emang darahnya? Well, rencananya akan dibuat obat penyakit jantung oleh perusahaan farmasinya Martin Krebs, ParkerGenix. Yang mana tentunya obat ini akan menjadi revolusi dan menjadi sumber pundi-pundi uang ya kawan.

Nah! Selain dari misi utama tadi, bagusnya Jurassic World Rebirth ini ada semacam side story pihak ketiganya. Dimana ada satu rombongan yang sedang berlayar, mereka adalah Reuben si Ayah, dua putrinya si Teresa dan Isabella, serta kekasih Teresa si Xavier. Ditengah pelayaran, mereka diserang oleh Mosasaurus. Yang seru adalah nantinya Reuben’s pack meet Zora’s pack and then they split, they meet again, split again. But in the end, they always meet each other. 

Kalau kita coba telisik lagi, seru banget loh ada dua POV bertahan hidup yang mana tentunya berbeda antara keduanya, lalu kemudian dua POV tersebut bertabrakan, lalu terpisah, lalu bertabrakan lagi. Cuy! Kok bisa orang kepikiran jalan cerita kayak gitu?!?!?!!?

Anyway, bukan Jurassic namanya kalau diplotnya gaada tumbal buat makan para dinosaurus. Dan di film ini, aku gak bisa sedih sama korbannya karena terlalu amaze dengan plot dan bagaimana eksekusi difilmnya. Para tumbal ini tuh sebenarnya bisa ditebak banget kalau mereka bakal dimakan menurutku, tapi eksekusi CGI dan pengambilan gambarnya ituloh yang BAGUS BANGET!!! I know it sounds psycopath, but I like how they make Nina’s and LeClerc’s die

Meskipun bagus banget, bukan berarti film ini tidak punya kekurangan. Di beberapa part aku merasa ada sedikit plot hole. Misalnya aja, kayak siapa yang nyalain generator di malam hari? Dinosaurus? How??? Biasanya tuh pasti ada ‘sebab’ kenapa tiba-tiba listrik aktif.  Lalu latarnya di area di sekitar Suriname tapi sayang banget tidak ada sneak peak pemakaian bahasa Jawa atau Dutch lah paling nggak. Malah adanya French, yang yaa mungkin kampung halaman dari si LeClerc.

After all, karena beberapa alasan tadi cukup minor dan tidak mengganggu jalannya cerita, jadi yeaaah buatku filmnya tetap bagus hehe!

Ketemu lagi di film selanjutnya ya!! 

Another Nia’s Story

Review Home Sweet Loan (2024)

Review Home Sweet Loan (2024)

Kamu pengin beli rumah ? ? ?Hi!!!!!!Pumpung masih hangat banget filmnya dan aku baruuuu saja kemarin habis nonton ini sama Mbak Hilga dan Mbak Efa. Iya! Home Sweet Loan judulnya. Film ini sudah tayang sejak 26 September 2024 lalu. Melansir dari tweet akun X si...

read more
Review Love Reset (2023)

Review Love Reset (2023)

We must recover our memories to say goodbyeOla!!! Setelah kemarin aku menonton film terbaru, kali ini aku abis nonton film yang rilis hampir 2 tahun lalu, tepatnya sekitar bulan Oktober tahun 2023. Karena film ini rilisnya udah dari lama, harusnya sih udah banyak yang...

read more
Review Jurassic World Rebirth (2025)

Review Jurassic World Rebirth (2025)

Dinosaurs everywhere!!!Hi! I'm back again to review the latest movie, and it's a Jurassic World Rebirth!!!!!! Oh, warning bentar karena ini akan sedikit banyak memberi spoiler ya manteman. Mungkin kalau kamu tidak suka spoiler better tidak dibaca.  Oke, so buatku...

read more

Comments

Nia’s Spot
Kalau kalian sudah nonton filmnya, berapa ratenya menurut kalian?
Copyright © 2025 ramadhaniawy

Romcom Dua Ribuan

Romcom Dua Ribuan

Romcom Dua Ribuan

Romcom Foreverr

Hi!!!

Kali ini aku kembali lagi dan akan membahas romcom. Sebulan kemarin, sebenarnya setelah nonton Mr. Plankton aku sebenarnya merasa ‘kosong’. Tahu gak sih rasanya pengin rewatch Mr. Plankton lagi, tapi kamu gabakal dapat feel seperti saat pertama kali nonton? Jadi kamu akhirnya menyerah untuk menontonnya karena mager banget juga nonton sesuatu yang sudah kamu tahu.

Yap! Itulah yang aku rasain! Hahahaha

Soooo, buat mereset mood-ku lagi, aku berusaha mencari film romcom. Banyak sebenarnya film-film romcom yang sudah kutambahkan ke watchlist-ku, tapi aku nggak merasa klik dengan sinopsisnya. Sampaiii akhirnya di reels instagramku, muncul cuplikan dari film :

Confessions of Shopaholic

Cuplikan tersebut sangat menarik. Kalau tidak salah ingat, mungkin kutipannya kayak “How can I have a girlfriend if it’s not you?Asdfghkjsdsjahdjhsa … But it’s better of course! Aku tidak ingat kalimat persisnya gimana. Tapi yang pasti tidak se-cheesy itu hahaha.

Langsung lah aku cus membuka laptopku dan mencari resource untuk menonton film itu (karena di netflix tidak ada ya kawan). Klik klak klik klak, bunyi jari jemariku mengetik keyboard laptopku. Dan aku menemukan resource yang bagus xixi.

Nontonlah aku selama 104 menit menatap laptopku yang menampilkan Isla Fisher dan Hugh Dancy saling beradu akting. Selama nonton aku merasa sebel banget sama Rebecca Bloomwood (diperankan oleh Isla), karena jiwa impulsif buyingnya sangat bertolak belakang dengan apa yang selama ini kujalani. But I also feel like there are butterflies flutter in my stomach, because of Luke Brandon ofc! Hahaha yap, Hugh Dancy indeed.

Sebentar, kebanyakan nonton film barat membuatku jadi semakin sering mencampur kalimat berbahasa Indonesia dan berbahasa Inggris menjadi satu. Hahaha maaf.

Kembali ke film Confessions of Shopaholic tadi. Filmnya sangat ringan, meskipun issue yang diambil agak nyerempet soal mental health. Dan latar yang diambil juga kehidupan 9 to 5 pekerja kantoran, spesifiknya adalah jurnalis. Tempat yang diambil adalah New York. Yup, kota metropolitan sejuta umat.

Ternyata film ini juga membuatku agak ‘movie slump’. Karena aku jadi merasa aku harus nonton film dengan genre dan latar yang sama. Tapi karena aku malas mencari rekomendasi. Jadiii, aku menyerah.

But in the end, hari ini aku membuka netflix dan melihat :

How to Lose a Guy in 10 Days

Terpampang nyata di banner teratas platform Netflix-ku. Bermodalkan hanya mengingat info dari salah satu temanku (thx Michelle <3) bahwa film ini romcom, tanpa berusaha membaca sinopsisnya untuk recall lagi inti film ini seperti apa, aku klik tombol ‘putar’ itu.

DAN TERNYATA SAMA!!! Satu genre, satu tema (kalau kehidupan jurnalis dijadikan tema film), satu latar di New York, satu trope (fake relationship kalau aku bisa menambahkan minor trope), satu generasi (film tahun 2000-an)!!!!

Film dengan durasi 116 menit ini sukses membuatku tertawa cekikikan jam segini. Cekikikan ditambah merasa ‘tersentuh’ hahaha. Karena filmnya bagus bangeettt buatku.

Oke, dua film ini sukses membuatku jatuh hati dengan film jaman dulu. Kayak gini loh, film yang aku mau. They show affection through words and action. But the action is not only just ‘intimate action’ aka s.e.x. Mana komedinya dapat banget lagi.

Anyway, what we can get from those movies?

Truthful. Do what you want, say what you want. Sumber drama tuh memang kebohongan. Hahahaha! Serius bangettt kalimatnyaa. Tapi seriusan, semua film selalu punya pesan kecil didalamnya. Meskipun seringkali lupa xixi.

More From Nia’s Story

Review Home Sweet Loan (2024)

Review Home Sweet Loan (2024)

Kamu pengin beli rumah ? ? ?Hi!!!!!!Pumpung masih hangat banget filmnya dan aku baruuuu saja kemarin habis nonton ini sama Mbak Hilga dan Mbak Efa. Iya! Home Sweet Loan judulnya. Film ini sudah tayang sejak 26 September 2024 lalu. Melansir dari tweet akun X si...

read more
Review Love Reset (2023)

Review Love Reset (2023)

We must recover our memories to say goodbyeOla!!! Setelah kemarin aku menonton film terbaru, kali ini aku abis nonton film yang rilis hampir 2 tahun lalu, tepatnya sekitar bulan Oktober tahun 2023. Karena film ini rilisnya udah dari lama, harusnya sih udah banyak yang...

read more
Review Jurassic World Rebirth (2025)

Review Jurassic World Rebirth (2025)

Dinosaurs everywhere!!!Hi! I'm back again to review the latest movie, and it's a Jurassic World Rebirth!!!!!! Oh, warning bentar karena ini akan sedikit banyak memberi spoiler ya manteman. Mungkin kalau kamu tidak suka spoiler better tidak dibaca.  Oke, so buatku...

read more

Comments

Nia’s Spot
Kalau kalian sudah nonton filmnya, berapa ratenya menurut kalian?
Copyright © 2025 ramadhaniawy

Review Guardians of Galaxy vol. 3

Review Guardians of Galaxy vol. 3

Review Guardians of Galaxy vol. 3

I’m not a raccoon

Halo hola halo ^^
Aku datang lagi dengan review film hehe. Setelah hiatus sejak bulan Oktober lalu dengan review salah satu film korea “cewek abad 20” yang cukup epik. Kali ini aku kembali dengan film yang gak kalah epik. Guardians of Galaxy vol. 3

Baca juga : Review 20th Century Girl disini

Penggemar Marvel Universe pasti excited dong dengan film terbaru series Guardians of Galaxy yang ketiga ini. Oiya, aku udah pernah nonton series Guardians of Galaxy yang sebelumnya. Dan menurutku volume 3 ini ya berasa kayak film yang sebelumnya. Mungkin emang udah jadi ciri khas dari GoG kali ya. Apalagi ternyata series Guardians of Galaxy ini digarap oleh sutradara yang sama, James Gunn.

Ciri khasnya memangnya seperti apa?

Menurutku yang pertama dari pengambilan gambarnya, atau mungkin bisa dibilang teknologi CGI-nya Guardians of Galaxy itu banyak movement-nya baik di volume yang 3 ini maupun volume sebelumnya. Kayak misal kalau pas war tuh pengambilan gambarnya dibuat berputar-putar, tapi menurutku tujuannya biar penonton bisa ‘merasakan’ pengalaman didalam pesawat luar angkasa saat jungkir balik tuh seperti apa.

Bagus sih sebenarnya, cuma buat aku yang ada ‘motion sickness’ melihat terlalu banyak adegan berputar-putar membuatku agak pusing. Padahal itu bukan film 3D atau 4D tapi tetap pusing haha.

Terus yang kedua adalah soundtrack dari Guardians of Galaxy. Baik di volume yang ketiga ini maupun volume sebelumnya, OST-nya Galaxy of Guardians tuh penuh dengan lagu-lagu 80 sampai 90-an. Juga kalau ada war yang ‘seru’ backsong adegannya tuh ya lagu-lagu ini. Pilihan lagunya sangat sesuai sih menurutku. Oh btw di volume ketiga ini di akhir ada lagu 2000 an awal di akhir film. Mungkin volume keempat bakal ada lagu era 2010-an kali ya. Lagunya Katy Perry atau Taylor Swift kali ya, haha bercandaa.

Yang ketiga, komedinya. Salah satu genre Guardians of galaxy itu komedi, dari setiap karakter Guardiannya atau bahkan tokoh pendukungnya tuh ada aja celetukan yang bikin ketawa. Dalam scene sebenarnya tidak disengaja melucu sih, tapi jatohnya komedi mereka kayak sarakastik gitu. Jadi menurutku ada sedikit unsur tragicomedinya lah ya, sort of dark jokes.

Lalu apa beda volume 3 ini dari film sebelumnya?

Of course, the difference is in the story plot. Di volume 3 ini intinya adalah fokus menceritakan tentang kehidupan Rocket dan bagaimana para Guardians ini menyelamatkan Rocket. Iya, Rocket si rakun yang selalu denial dan bilang kalau dia bukan rakun itu.

Memangnya Rocket kenapa? Jadi, Rocket tuh tiba-tiba diserang sama makhluk emas, namanya Adam Warlock. Sumpah aku kesel banget sama Adam ini. He’s just so dumb. Dia tuh musuh Guardians of Galaxy tapi dumb banget gituloh karakternya. Salut deh sama Will Poulter yang berhasil memerankan karakter Adam ini dengan sangat baik.

Kenapa Rocket tiba-tiba diserang? Siapa sih Adam Warlock ini? Nah, ini gabisa aku ceritain lebih lanjut, karena kalau aku ceritain bisa panjang dan malah jadi spoiler hehe.

So, the conclusion is?

Overall film ini bagus. Bisa lah ya mengobati kangen para penggemar Marvel di luar sana. Tonton deh buruan, mumpung masih tayang di bioskop hehe.
Happy watching! <3

More From Nia’s Story

Review My Love Story with Yamada-kun at Lv999

Review My Love Story with Yamada-kun at Lv999

Do you like game online ? ? ?Halooo!!! Kali ini aku mau kasih rekomendasi salah satu anime yang tidak sengaja aku lihat di Netflix. Anime ini genrenya romcom fluffy gitu. Ceritanya sangat ringan dan konfliknya tidak terlalu berat. Total episodenya ada 13 dan di akhir...

read more
Don Quixote dari La Mancha

Don Quixote dari La Mancha

So call me, call me Don Quixote!Hiii!!! Bagi Carat (penggemar Seventeen), membaca kalimat di atas tentunya sangat tidak asing bukan? Yap! Seventeen punya satu lagu berjudul Don Quixote di album Face the Sun yang rilis pada 27 Mei, tiga tahun lalu. Tapi kali ini, aku...

read more
Review Maharaja (2024)

Review Maharaja (2024)

Ha? Nyari tong sampah?Hi!!!Kali ini aku datang lagi membawa rekomendasi film. Judulnya Maharaja dan ini tayang di Netflix. Ini film India, tapi nggak termasuk Bollywood. Kalau kata Putri (temanku) dan dari beberapa referensi, Maharaja ini merupakan film Tamil. Wah,...

read more

Comments

Nia’s Spot
Kalau kalian sudah nonton filmnya, berapa ratenya menurut kalian?
Copyright © 2025 ramadhaniawy

Review The Summer I Turned Pretty

Review The Summer I Turned Pretty

Review The Summer I Turned Pretty

Summer holiday, yeayyy!!!

Halooo!!!
Aku kembali setelah sebulan lebih hehe. Kali ini aku mau review series, iyep kali ini bukan film. Jadi judul seriesnya “The Summer I Turned Pretty”. Series ini sebenarnya diambil dari novel karya Jenny Han dengan judul yang sama. Btw kalau mau nonton series ini bisa di Amazon Prime Video.

Aku pribadi suka series ini, tapi aku mungkin bakal lebih suka bukunya ketimbang seriesnya. Sayangnya aku belum pernah baca novelnya. By the way, aku namatin series ini sampai begadang hahaha. Habis aku kira ini film kan awalnya, eh tahunya series dengan tujuh episode.

Diseries ini tokoh utamanya bernama Belly, nama lengkapnya Isabel Conklin, seorang gadis berusia 15 tahun. Latar series ini ada di rumah musim panas milik Susannah Fisher, sahabat dari ibu Belly. Rumah musim panasnya itu dekat pantai, memanjakan mata banget soalnya aku sangat suka dengan view pantai dan laut. Genre series ini kalau kalian cari di google bakal muncul fiksi dan bildungsroman. Menurut wikipedia, bildungsroman adalah genre sastra yang menitikberatkan tema pendidikan manusia serta proses perjalanan pribadi tokoh-tokohnya dari awal pertumbuhannya menuju kedewasaan. Hmm, agak ribet ya definisinya.

Intinya menurutku, film ini eh series maksudnya, bercerita tentang kisah cintanya Belly. Yaa, kisah cinta ringan ala remaja pada umumnya. Fyi, Belly ini berusia 15 tahun dan akan 16 di pertengahan musim panas nanti. Dan dia sudah sejak lama suka dengan Conrad Fisher, anak pertama dari Susannah. Belly yang awalnya keliatan cupu, di musim panas kali ini dia berubah jadi cantik sekali dan berusaha pdkt sama si Connie, panggilan akrab Conrad. Tapi berujung jadinya love triangle antara Belly, Conrad, dan Jeremiah (anak kedua di keluarga Fisher).

Selain Belly, ada beberapa romance side story oleh tokoh-tokoh pendukungnya diseries ini. Nanti bakal diceritain strugglenya Steven, kakak Belly, buat ngedeketin Shayla, gadis kaya dan populer di kota itu. Lalu diceritain juga kehidupan persahabatan antara Laurel, ibu Belly, dengan Susannah. Persahabatan yang dimulai sejak kuliah dan masih langgeng hingga masing-masing punya anak.

Aku merasa ini hal yang baik bahwa The Summer I turned Pretty dijadiin series dan bukan film. Karena kalau dijadiin film, kayaknya bakal banyak adegan dinovelnya yang banyak kepotong walau sekali lagi aku bilang bahwa aku belum pernah baca novelnya. Tapi typical series atau film yang diangkat dari buku, pastinya bakal ada beberapa adegan yang berbeda atau dipotong. Setidaknya kalau series bakal lebih sedikit pemotongannya daripada film.

Oiya, ada salah satu temanku yang sudah nonton series ini juga. Dan temanku ini tidak begitu suka dengan karakter Belly. Bahkan saking gak sukanya, dia sampai lupa sama nama Belly padahal si Belly ini kan tokoh utamanya ya wkwk. Menurutnya karakter Belly ini terlalu labil. Yaa sependapat sih aku. Cuma menurutku, justru karakter Belly yang labil inilah yang berusaha ditunjukkan penulis bahwa di masa-sama remaja ini memang pemikirannya berubah-ubah. Mungkin itu sebabnya series ini masuk genre bildungsroman tadi.

Hal baik apa yang bisa kita dapat dari series ini?
– Percaya diri! Jangan mudah insecure. Atau setidaknya kayak Belly, semisal kita tidak percaya diri dengan penampilan kita, yaa ubah! Ubah jadi lebih baik dan belajar pupuk percaya diri itu.
– Jangan berjudi. Beneran ini wkwk. Nanti ada episode dimana semua uang tabungan Steven habis karena kalah main poker. And it’s so dumb.
– And if you have a lot in your mind, release it. Kamu bisa cerita ketemanmu, orang tua, saudara, atau bahkan tulis aja dikertas atau dimanapun. Jangan dipendam, bakal jadi penyakit nanti.

Series ini seru kalau ditonton marathon, apalagi durasi per episodenya juga rata-rata 45 menitan. Dan yang paling penting, alurnya nggak ngebosenin, menurutku. Yaa, karena aku pribadi sangat suka film-film bertemakan kehidupan gadis remaja usia sekolah kayak gini hehe. Uwaaah, gak sabar nunggu season duanya!!!

Rating series ini menurutku adalah 8,5 dari 10. Dan perlu diingat, meskipun tokoh utamanya diseries ini berusia 16 tahunan, tapi series ini juga bergenre young-adult. Jadii, saranku buat yang masih 17 tahun ke bawah jangan tonton dulu deh hehe.
Bijaklah dalam menonton. Happy watching!! 😀

More From Nia’s Story

Memperoleh appid untuk API pada Jagoan Cloud

Memperoleh appid untuk API pada Jagoan Cloud

Hi!!! Kali ini aku datang dengan panduan untuk memperoleh appid untuk API di Jagoan Cloud. Sebenarnya ini merupakan contoh bagaimana pemakaian API yang telah didokumentasikan resmi oleh Jelastic. Mari, kita simak sama-sama!1.Buat access token terlebih dahulu seperti...

read more
Culture Shock di Lombok

Culture Shock di Lombok

Hiiiiii Aku mau cerita. Sebagai seorang Jawa tulen yang ibu-bapaknya memang asli Jawa Timur, aku mengalami beberapa culture shock selama hampir 2 minggu di Lombok ini. Oh! Ada beberapa perbedaan budaya juga sebagai orang yang selama ini tinggal di kota kecil kayak...

read more

No Results Found

The page you requested could not be found. Try refining your search, or use the navigation above to locate the post.

Comments

Nia’s Spot
Kalau kalian sudah nonton filmnya, berapa ratenya menurut kalian?
Copyright © 2025 ramadhaniawy